adfly

Selasa, 24 Juni 2014

Tentang nama MARIO TEGUH Saat saya menerima beasiswa SMA di Chicago dulu (1975)...

Tentang nama MARIO TEGUH



Saat saya menerima beasiswa SMA di Chicago dulu (1975), saya masih belum bernama Mario Teguh.



Nama asli saya adalah Sis Maryono Teguh.



‘Sis’, karena ayah saya ingin saya ‘Wasis’ (bijak, Jawa), atau menjadi ‘Aziz’ (gagah, dari Al Aziz, Asmaul Husna).



Maryono, karena ‘Mar’ = Maret, dan ‘ono’ = ada; saya lahir di bulan Maret.



Teguh = nama ayah saya, Gozali Teguh (mungkin kakek saya ingin ayah saya menjadi seperti yang mulia Imam Ghazali).



Nah,



Saat saya belajar di SMA di bilangan kota Chicago (New Trier West High School, Northfield) – guru olah raga kami sering berteriak memanggil-manggil nama saya, Sis! Siis! Siiiiiisss!!!,



… karena tinggi saya yang sebanding dengan rekan-rekan saya anak-anak Amerika, dan saya sering tersangkut-sangkut di antara kaki mereka yang tinggi-tinggi itu.



Lalu beliau memanggil saya, dan bertanya:



Mr. Teguh, do you have any other name?



Saya tanya, why?



Because, if I keep calling you Sis, I feel like I am calling my sister!

(Karena, kalau saya terus memanggilmu Sis, saya merasa seperti memanggil saudara perempuan saya!)



Lalu, saya memberinya nama ‘Mario’

Singkatan dari Maryono, yang saya gunakan sebagai nama pena kalau saya menulis puisi di SMA di Malang, atau Mario yang berarti ‘selalu bergembira’ dalam bahasa Bugis (ibu saya, Sitti Marwiyah adalah wanita cantik dari Bugis, Sulawesi Selatan).



Dan sejak tahun 1975 saya dikenal sebagai Mario.



Dan entah kecerdasan apa yang diberikan oleh Tuhan saat itu, sebagai anak muda saya melihat kesempatan untuk menjadi pribadi baru, dari Sis Maryono yang pemalu, minder, dan sering galau dalam rasa takut tentang masa depan, menjadi anak muda yang memberanikan diri walau takut, merajinkan diri walau malas, dan menceriakan diri dalam menggembirakan orang lain walau saya sendiri sedang bersedih.



Dan hari ini Anda mengenal saya sebagai Mario Teguh, pribadi ‘buatan’ saya – yang saya bentuk dengan jerih payah selama puluhan tahun, untuk menjadi pelayan bagi kebahagiaan sebanyak mungkin sesama saya.



KTP, SIM, dan Pasport saya masih bernama Sis Maryono Teguh, tapi tanda tangan saya Mario Teguh, dan petugas imigrasi di Bandara menyapa saya Pak Mario, seperti adik-adik memanggil saya Om Mario, atau Ibu Linna memanggil saya Honey (madu, karena manis).



Anak muda memang banyak digoda oleh kesenangan sementara yang tidak penting, tapi kalau mereka tegas memihakkan diri kepada kebaikan – masa depan mereka akan damai, mampu, dan penuh kebahagiaan.



Aamiin



Mario Teguh – Loving you all as always



via Mario Teguh's Facebook Wall http://ift.tt/1sDETEr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar